Kemarin Minggu, 13 Desember 2015. Hari di mana saya merasakan keikhlasan, kesyukuran dan merasakan limpahan berkah dari-Nya. Di hari sebelumnya saya mendapat undangan untuk menhadiri liqo (pertemuan) di Ladoma, Bacukiki Parepare. Sempat terlintas dalam benakku, untuk apa saya kesana? Kepergianku hanya akan menghabiskan materi dan malah menyisahkan lelah. Namun, hati kecilku berbisik ke akalku, “seharian kamu hanya ingin di kamar kos saja? Menghabiskan waktu yang justru hanya meninggalkan kejenuhan di hati dan pikiranmu?” Setelah mendapat bisikan dari hati kecil ini, otakku mulai berpikir. Bagaimana jika diluar sana saya akan mendapatkan pengalaman baru, bertemu dengan orang-orang baru, berinteraksi sembari menyebarkan senyuman kepada orang lain yang tak kukenal. Sebelum memantapkan langkah, kuluruskan niatku dan berharap Sang Maha Mengetahui senantiasa meridhoi langkahku di hari itu.
Penampilan Az-Zahra |
Pukul 07.00 pagi jadwal
berangkat, tetapi hampir setengah jam saya menunggu di persimpangan jalan. Terlintas
dalam benakku untuk kembali pulang saja karena yang ditunggu tak kunjung datang
juga. Mencoba untuk bersabar, sambil mendengarkan alunan music dari telepon
genggamku. Dan akhirnya, yang ditunggupun berada di depan mata. Lega rasanya….
Ladoma, sebuah tempat wisata yang
terletak cukup jauh dari pusat keramaian kota Parepare. Berhiaskan pegunungan
yang masih alami disertai sentuhan modifikasi dari tangan manusia (ada tambahan
kolam buatan) hal ini menambah keindahan Ladoma. Ini bukan pertama kalinya saya
kesini, sebelumnya beberapa bulan yang lalu saya pernah menginjakkan kaki di
sini. Dan kali ini meninggalkan kesan yang berbeda.
Sesampainya kami menyiapkan
tempat dan segala keperluan acara nanti. Acara pertama mendengarkan sebuah
sambutan dari sosok wanita yang dari luar penampilannya sangat sederhana
sekali, tetapi ketika ia mulai berbicara panjang lebar. Terlihat kecantikan
hatinya terpancar keluar dan membuat hati ini terinspirasi. “Orang badui itu
yang di sebut oleh Rasulullah akan masuk surga karena sebelum tidur orang badui
itu selalu memaafkan kesalahn orang-orang yang di temuinya di hari itu”
ungkapnya saat menceritakan salah satu kisah Islami. Usai berbicara, kami
diperintahkan untuk membentuk lingkaran besar dan satu persatu memperkenalkan
diri. Di akhir, ternyata ada games. Kami disuruh untuk menyebutkan 5 orang yang
baru dikenal tadi. Mencoba mengingat kembali, yang terlintas hanya ada 3 nama
Ibu Sofie (Seorang sosok Ibu yang humoris dari Sidrap), Nur Huda (Seorang
mahasiswi UMPAR yang memiliki tampilan sederhana tetapi memiliki kepercayaan
diri), dan Inna (Seorang anak SMP yang masih dengan muka polosnya). Akhirnya,
tampillah seorang Ibu yang tak terlalu tinggi tetapi memiliki ingatan yang
kuat. Dengan wajah yang sumringah, ia menyebutkan lima nama dan akhirnya iapun
berhasil dan mendapatkan sebuah hadiah. Dan terlintas dalam benakku “Saya juga
ingin mendapatkan hadiah itu sebagai kenang-kenangan”
Setelah games, Pak Ustad ternyata
telah bersiap-siap untuk membawakan ceramahnya. “Banyak diluar sana yang ingin
mendapatkan tarbiyah (pendidikan tentang agama Islam) tetapi tidak tahu di mana
mendapatkannya. Maka patutlah kalian bersyukur karena kalian mendapatkan tempat
itu”. Ungkapnya Pak Ustad yang namanya tak lagi kuingat tetapi apa yang ia sampaikan
dan sosoknya masih tetap tersimpan dalam memori kecilku ini. Kemudian, usai
menyampaikan ceramah. Panitia liqo membagi kami menjadi 7 kelompok di mana saya
berada di kelompok 3. Kami diperintahkan untuk membentuk sebuah nama untuk
kelompok, kemudian yel-yel dan mempersembahkan sesuatu entahkah itu puisi,
nyanyian ataupun drama yang akan dipentaskan sehabis ishoma (Istirahat, Sholat,
dan Makan). Az- Zahra menjadi nama
kelompok kami, dengan dibentuknya kelompok ini saya semakin memiliki peluang
untuk lebih mengenal satu sama lain.
Tia, mahasiswa UMPAR menjadi
teman dekatku saat itu. Kami bersama-sama mengambil air wudhu hingga makan
bersama. Ada yang berbisik “Jika kamu
sholat dulu, itu akan mengambil waktu yang lama. Dan bagaimana jika kamu kehabisan
makanan? Kamu akan kelaparan sepanjang kegiatan berlangsung”. Lalu saya
bertanya kepadanya, “mau makan dulu atau sholat dulu. Karena kita harus antri
berlama-lama untuk mengambil air wudhu” Tetapi ada bisikan dari hati kecil ini
lagi “Sholatlah dulu, tak usah takut dengan kehabisan makanan. Biar Allah Swt
yang menjamin rezekimu”. Akhirnya kamipun
sepakat untuk sholat dulu baru setelah itu makan. Sewaktu sedang sholat bisikan
burukpun terlintas kembali, tiba-tiba saya terpikirkan dengan handphone beserta
catatan saya yang tertinggal ketika sedang mengambil air wudhu. Di saat itu
saya berusaha meluruskan niat kembali, “bagaimana mungkin Hayana, saat ini kamu
berada di samping makmun kamu. Sekarang kamu jadi iman, khusyuklah dan serahkan
kembali kepada Allah Swt”. Sayapun mengikhlaskan jika pada saat itu hp saya
akan benar-benar hilang dari genggaman tangan ini. Usai sholat dan berdoa,
kusalami makmunku dan bergegas menuju tempat di mana saya mengambil air wudhu.
Dan Alhamdulillah, Hp saya masih berada di tempat yang sama.
Bersama Tia |
Akhirnya tibalah waktu yang
mendebarkan jantung dan membuat wajah serta tangan bergetar. Apalagi saya
dipercayakan oleh teman-teman untuk membawakan sebuah puisi. Walaupun memang
saya yang mengajukan diri, tetapi saya juga sempat merasa tidak memiliki
kepercayaan diri. Apalagi dengan intonasi yang tak mendukung di sertai
artikulasi yang kurang jelas (cadel R)semakin membuatku krisis kepercayaan diri.
Tiba-tiba, saya teringat ada asma Allah yang ketika kita rajin untuk
melafalkannya kita akan memiliki kharisma yang kuat (Ya Allah, Ya Allah, Ya
Allah, Ya Allah). Kulafalkan asma itu sebelum naik kedepan. Dan tibalah giliran
Az- Zahra tampil kedepan, mencoba menenangkan diri berharap saya bisa menguasai
audience. Dan Alhamdulillah usai pentas, temanku berbisik “Hayana, orang-orang
terdiam melihatmu” dan itu membuat hatiku lega. Meski saya masih merasa tadi
itu penampilan saya masih menjukkan kesan grogi di atas panggung. Tetapi saya
merasa, saya telah melakukan yang terbaik dari apa yang saya bisa. Entah
hasilnya menang atau kalah, yang jelasnya saya sudah mencoba kembali memberanikan diri untuk tampil di depan orang banyak.
Saat Berpuisi |
Seingatku, terakhir saya
membawakan puisi di depan orang yang banyak. Ketika saya masih duduk di kelas 3
sekolah dasar (SDN 5 Padanglampe, Pangkep). Tetapi itu bukanlah kenangan yang
buruk karena waktu itu saya berhasil mendapatkan juara 3. Meski pada saat itu
saya hanya membaca puisi dengan suara yang lantang tanpa memiliki dinamika
intonasi yang menarik dan hanya mengandalkan
kepercayaan diri saja. Dan Alhamdulillah, tak disangka kelompok Az- Zahra yang
menang, menurut saya kemenangan ini bukanlah karena kepercayaan diri belaka,
bukan karena saya mampu menguasai audience. Karena masih banyak yang lebih
percaya diri, tetapi ini semua karena berkah Allah Swt. Dan saya sangat percaya
pada kekuatan berkah Allah Swt.
Kelompok Terbaik Az- Zahra |
0 comments:
Post a Comment